Next Post

Konsumsi Sapi Mati, Warga Gunungkidul Positif Antraks 3 Diantaranya Meninggal

IMG_20230704_230644_11zon

Gunungkidul, newsantara24.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyebut ada satu warga Semanu yang meninggal karena antraks. Dinkes telah mengambil 125 sampel di daerah terpapar dan hasilnya 85 orang positif antraks.

 

Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty mengungkapkan awalnya mendapat laporan dari RSUP dr Sardjito terkait adanya pasien laki-laki berusia 73 tahun yang terpapar antraks pada 2 Juni. Pasien warga Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul itu lalu meninggal dunia pada 4 Juni.

 

“Jadi ketika ada laporan dari Sardjito terkait orang meninggal karena antraks kami langsung menelusuri. Yang bersangkutan laki-laki 73 tahun, jadi dia ikut menyembelih dan mengonsumsi daging ternak tersebut,” katanya kepada wartawan di Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Selasa (4/7/2023).

 

Untuk memastikannya, Dinkes langsung turun ke lapangan untuk melakukan penelusuran. Hasilnya, memang ada kasus meninggal karena antraks di Semanu.

 

“Dari penelusuran ternyata awalnya karena ada kematian hewan karena sakit lalu disembelih dan dikonsumsi oleh masyarakat,” ucapnya.

 

Lebih lanjut, Dinkes lalu mengambil sampel terhadap ratusan orang yang ikut menyembelih dan mengonsumsi daging sapi yang terpapar antraks. Hasilnya, ada puluhan orang yang terpapar antraks.

 

“Setelah ada yang meninggal, kami melakukan penelusuran ada tidak yang bergejala. Kemudian kami ambil sampel darah semua yang terpapar daging diduga karena antraks. Yang kontak dengan daging itu kami ambil semua sampel darahnya ada 125 orang,” ujarnya.

 

“Dari 125 orang itu yang positif (antraks) ada 85. Tapi yang bergejala ada 18 orang, gejalanya ada luka, bengkak, ada pula yang diare, pusing-pusing dan sebagainya,” lanjut Dewi.

 

Lebih lanjut, saat ini Dinkes masih melakukan penyelidikan epidemiologi dan surveilans di daerah yang salah satu warganya meninggal karena antraks. Bahkan, Dinkes juga melakukan pengawasan selama 120 hari untuk memastikan tidak ada lagi warga yang mengalami gejala.

 

“Tentu penyelidikan epidemiologi kami tidak berhenti, surveilans kami juga tidak berhenti. Kami awasi dua kali masa inkubasi yakni 120 hari apakah ada yang bergejala lagi. Jadi penelusuran masih berjalan terus dan sampai hari ini tidak ada yang dirawat,” katanya.

 

Berkaca dari kejadian tersebut, Dewi meminta agar warga tidak asal mengonsumsi daging, khususnya daging dari ternak yang mati mendadak.

 

“Tugas paling penting adalah edukasi, karena ini berawal dari perilaku bahwa ketika masyarakat mengkonsumsi daging pilihlah yang sehat. Jadi kalau ada ternak mati mendadak kemudian disembelih jangan dikonsumsi atau dibagikan ke masyarakat,” ujarnya. (Red*) 

Newsantara

Related posts

Newsletter

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.

ban11

Recent News