Tuban, Newsantara24.com – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tuban ungkap pemicu munculnya penolakan dari para petani terhadap rencana pembangunan Onshore Receiving Facilities (ORF) gas oleh KrisEnergy di Desa Kradenan, Kecamatan Palang.
Anggota DPRD Tuban dari Fraksi PKB, Luluk Khamim Mukjizat menyebut, munculnya penolakan dari warga karena sosialiasi yang dilakukan oleh KrisEnergy terkait rencana eksplorasi dan eksploitasi gas hanya menyasar elit desa, bukan warga pemilik lahan terdampak.
“Warga yang terdampak di ring 1 juga harus diberikan disosialisasi,” tuturnya, Minggu (16/6/2024).
Wakil rakyat asal Kecamatan Palang itu menegaskan, sosialisasi kepada masyarakat begitu penting supaya mereka mengetahui manfaat, tujuan dan dampak keberadaan industri.
“Jika dimungkinkan nanti terjadinya bencana alam yang tidak diinginkan, maka masyarakat bisa tahu dan tindakannya seperti apa,” tegasnya.
Keberadaan industri, kata Khamim, seyogyanya untuk meningkatkan pendapatan negara dan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Kendati demikian, apabila sosialiasi kepada masyarakat tidak dilakukan justru akan terjadi gejolak, apalagi yang digarap oleh KrisEnergy ini merupakan industri berbasis teknologi besar.
“Jadi masyarakat wajib sekitar dilibatkan dalam konteks pekerjaan maupun berkaitan dengan CSR,” katanya.
Soal dalih penolakan karena lokasi yang akan dibangun ORF ini merupakan lahan produktif, menurut Khamim, KrisEnergy harusnya menyampaikan untung ruginya kepada masyarakat. Terlebih pembangunan ORF ini guna menambah pasokan gas nasional.
“Nanti akan dilihat RT dan RW-nya, karena ini digunakan untuk eksploitasi gas nasional. Lahan produktif ini nanti bisa digeser dimana,” ujarnya.
Di konfirmasi beberapa waktu lalu, Representatif KrisEnergy di Tuban, Denny Sumarna mengaku sudah berulang kali menggelar sosialisasi, baik di tingkat desa maupun di tataran pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi.
“Kami sudah melakukan beberapa kali kegiatan sosialisasi, mulai dari tingkat provinsi, Kabupaten hingga tingkat desa,” pungkasnya. (Red*/Tim).